Tindak Pidana Penipuan Diatur Dalam Pasal Berapa

Tindak Pidana Penipuan Diatur Dalam Pasal Berapa

Penelitian ini dilakukan dengan untuk mengidentifikasi dan menganalisis modus operandi yang dilakukan oleh pelaku Tindak Pidana Penipuan dalam Arisan Online lalu untuk mengidentifikasi dan menganalisis upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Kepolisian Daerah Papua Barat agar para peserta yang belum mendaatkan gilaran Uang Arisan Online memperoleh uangnya kembali sesuai dengan nominal masing-masing. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Berdasarkan hal tersebut hasil penelitian menyatakan bahwa penipuan arisan online menggunakan media elektronik dan penipuan konvensional tidak melibatkan media elektronik. Terdapat dua peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan dalam penipuan arisan online. Pasal 378 KUHP dan Pasal 28 ayat (1) juncto Pasal 45 A ayat (1) Undang-Undang No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Kedua peraturan perundang-undangan tersebut memiliki karakteristik masing-masing dalam menjatuhkan pidana, sehingga Pasal 28 ayat (1) juncto Pasal 45 A ayat (1) Undang-Undang No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah yang paling tepat digunakan dalam kasus tindak pidana penipuan arisan online. Pelaku penipuan arisan online sangat jarang dipidana dalam tindak pidana pencucian uang, termasuk beberapa kasus di wilayah hukum Kepolisian Daerah Papua Barat yang menimbulkan kerugian hingga miliaran rupiah bagi ratusan masyarakat yang menjadi pesertanya. Adapun peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan untuk kasus pencucian uang adalah Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Kata Kunci: Penipuan Arisan Online, Tindakan Pidana Arisan Online, Penanganan Penyidik Kepolisian Daerah Papua Barat Dalam Arisan Online.

Download data is not yet available.

Abstract viewed = 0 times pdf downloaded = 0 times

%PDF-1.4 %âãÏÓ 1055 0 obj <> endobj xref 1055 54 0000000016 00000 n 0000002258 00000 n 0000002424 00000 n 0000002926 00000 n 0000003528 00000 n 0000003779 00000 n 0000004250 00000 n 0000004669 00000 n 0000005131 00000 n 0000005684 00000 n 0000005799 00000 n 0000005912 00000 n 0000006170 00000 n 0000006710 00000 n 0000006967 00000 n 0000007508 00000 n 0000007773 00000 n 0000008486 00000 n 0000009117 00000 n 0000009252 00000 n 0000009281 00000 n 0000010041 00000 n 0000010711 00000 n 0000011341 00000 n 0000011483 00000 n 0000011512 00000 n 0000011981 00000 n 0000012803 00000 n 0000013574 00000 n 0000014222 00000 n 0000014816 00000 n 0000015294 00000 n 0000015365 00000 n 0000015447 00000 n 0000054316 00000 n 0000054582 00000 n 0000090110 00000 n 0000118112 00000 n 0000148244 00000 n 0000170804 00000 n 0000171293 00000 n 0000171627 00000 n 0000172002 00000 n 0000172406 00000 n 0000172805 00000 n 0000173179 00000 n 0000173559 00000 n 0000173630 00000 n 0000173718 00000 n 0000191865 00000 n 0000192139 00000 n 0000192500 00000 n 0000002053 00000 n 0000001406 00000 n trailer <<801B6414B2D53C46A762112AE1BF0C24>]/Prev 323821/XRefStm 2053>> startxref 0 %%EOF 1108 0 obj <>stream hÞb```b``ûÈÀÆÀÀ¿‡Aˆ„€bl,`"Û$”4l`ÛĨڠr�Sƒi CAƒPЈÂEì/êÚ_Ô>Á€È´ø;lfVlÒˆ+*}þ`šÅ ÷ÌoÇ+”ÀÄÃîVþPíÓH1Ë|±lÕq……ž,) )ÎÔ«ÏÕãê8s¶½þ ”5ïývÝ焬ð�‡4‚%·¥’Û4ygUi®Úx"$é¯ðŽ…ž¬©?O^Ÿß­»ë�r—$ïãÚ­—�Ø]¾pt‰LpËJE<ìrN›×•µ¦ˆKd3³Ë&Ái±·�ÎÛÏ”­¸Ÿ[r¦ñ¢-Ó¥VÁÙ`g'M¸¹|ѬÕïp,¬< 6 è—Ž¹x¬`”PjI…a±@Œ‚.îp µr4~”Û á²†–#´@ÅØÑ´0°W`‹jŒ’Š!cf€¹LJhaRB6Ojªg`ÛðH±X·,ƒ ãM&[†{Œ»Û72ñ0„1„0

%PDF-1.7 %µµµµ 1 0 obj <>/Metadata 369 0 R/ViewerPreferences 370 0 R>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 12 0 R 17 0 R 20 0 R 21 0 R] /MediaBox[ 0 0 595.56 842.04] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœÅ[ëoÛ8ÿ ÿƒ>Z‹š¢¤ÃbqNÓGÚ&È5éí~pb×vË>ÙÞC€ýãofHêaIMbË{·8×&)rÞó›s2ÈÖ³ïûµ÷ë¯'ƒõzx7�¼¯'7‹åï'7�ËñÉÕp2K‡ëÙ"=¹ÞÜ®qèýx8g¿ýæ�ž½öNÞ]ko²:>úÏñ‘ŽXìEaÄ¢ÄS1g¡ð´ò²ññÑ¿~ñÒã#;À0^^}7?>:9Ÿ'ãÐ;[xÿ íàÿâ8 á‰0 Y¨½X ”7=½�Gßr�s¿ù~|ÄéîÅ!ã0ó˜ÁœxXûî:!‚ïÝñÑמçÿîÝ|8>zû¼ä\Xë½¹ ´ˆðt±^/æíR|»X¬s)¾�[áñ §ËÜò�3ò,8Ý“AZ‡·Š%Ó ²$a\)OiɢؘŠ’$¦G¾ÿB›¿\qÂKX¢›ô¦“¢ÆÍ™¯zc?ì=ø}n¾Mü¾ì ý¾è­à×lGn[©áB±X´P³«lrZÄ”n9�˜Ìƾ†sû E €_øv7NW~?!qŒ`.ìmP()~�Ab™—©s’�,x™d&…Ö‘ÀGI/›4~&–>!]Ä*é'¢�&a”}��²š%Ö³?ÆÞ놽¹ß×ðö)~Ãé™n³Î€wÚçvC««û*øÅpÃÀ=uŽOë±õ²ÔŠ�«âQsòе,UµÛë4ÙpZ0Ùæh[vÒ¨T§zɸðD0ÍkQá%õÅA¿-v )j‹%¯{«Öß}í‰p/aªúÉ°>i9yß8Ñtä4ñ>… ‰Ï?÷;¹A ^–´°y6ö¥ KcòØÉpµ_Y¨Â–“y÷§)µéð ¼AXnÓ៞ €åŠî­GÈ Ýzö;M5 |!5“²c±6à^°HxJÄLþöBî B@à,ˆ 'j†ôÁG±3�!å4^Y^@<¶UÞÉõr˜biqñúüÌN> Ӊכ�üÝ*D˜M 3R�¾žaE|_Š@¯a-»A}uF×udrs~y6øH(î ¡ØùÙ ÿ¹Äè;ððóêÍåù†Ž/ŠÐ4åý{@ÿ¾óÎè©O>¡Ä¸÷ñ¢¼�ü¼Ü?„71ÄÁ�Àÿ#,ÛêYsðipá!~ÿðeðÉC’Nß ŸÎ�Dïf€ß w8÷rl÷*®5´Pø;‡°LAâéR¾îT5©)ÀTÛrÞ·Hþz½¡ªjæ}®¨ÒZyhNW›õf…6 2¹DK"D0_ Z³PŠOHOG *òzþŠôÉÕɱS$æDH«À�àäê’áàé=õ¾ù�Ú½ÊU+»S¨‚¬®…ìf3+QÝ"ê;épÇ°Zs§ý/×»[|5' ‹1Û@UÕˆd£™)€±°’@Ý�?ŠðÆÚ´‘ºWO¨.Ú•ˆx;çs¥±ù¤iÔÉàO&î^0€?¢6µííúÛgÉö³^cü™’…dØ'3ÝEM3桳S¿…Aޔƒ²õŒÆO¨/éHT"ºy#ùU­T´²fkªâŽ½¡P�8X®e‹l¯ß³WÞ øý~}˜Ú±2,l–ÉÓ!‘óÎKB,”I‹c‰gh¤°% ÞªM#{–Ô²ý¬ëñz6ô>`J'·yv{¸!"Ý–Øê]³s´¼+0A²ÃnÀyœÔ Ü>ýBþœ²/)šà¯m'¨æΨ¡n˜BCÉôÉ&úäžÂ¨'9…�æãžS©Î«4[?„‘„j±FÓÛá=�ÒÔК@¨� ëýŠûm+ a ûö0¶ÄIÛaï}zÁ¡z÷¾6_æ jý5¼b •WªMÓèó�±¥l¶Bx(%K 9à¯b\ʈ%­Œ_`°]Ò{,ïYM×ø}cß|Ib?ë–"Å9KÔ3Ùotý°{×óP…ˆœ¶iz3÷�!ÌLç]öþÖ­HxR·¿¯EÔÑ=dü0†ãââ8Ä øÖ) í«ÄÊÈçç®;¨ÙêòѪ&ŸçLÖ;¨=ó�-§÷hñ‹,;UâÙûêï“ùÐ%³;|ç0ÓQç)¹b±|9ǯ:Ž„ÉJ ›Á D››b‰ÖJ¦‹_ÈÇØkZ,­Q㽌nãr ت&¯Âvp›¤s·Q:aÿ¯Q€lBµ·×ÔÊ·BÛÂ8"`PT<UÒØ8îà�FÍ'ñ}[ 8Fp¬êl~n*©ã‡ð@Äx‘"Ä›iíä­Æé¹ñc€÷ѹ ›#

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan dan pergeseran yang cepat dalam suatu kehidupan tanpa batas. Kemajuan juga telah melahirkan keresahan-keresahan baru dengan munculnya kejahatan yang canggih dalam bentuk cybercrime. Penipuan secara online adalah suatu bentuk kejahatan dengan menggunakan teknologi informasi dalam melakukan perbuatannya. Selalu ada korban yang dirugikan dalam setiap kasus penipuan, sehingga kasus penipuan online telah diatur di dalam KUHP dan UU ITE. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Pengaturan hukum terhadap tindak pidana penipuan secara online dalam perspektif hukum pidana di Indonesia (2) Upaya penanggulangan terjadinya tindak pidana penipuan secara online. Tipe penelitian ini adalah penelitian normatif. Jenis data yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer dan sekunder yang diperoleh dengan penelitian kepustakaan dan dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengaturan hukum terkait penipuan online dapat diakomodasi melalui pasal 378 KUHP dan Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. (2) Upaya penanggulangan dilakukan dengan cara preventif (non penal) dan represif (penal). Upaya preventif lebih fokus pada meminimalisir agar tidak terjadi tindakan penipuan secara online dengan melibatkan berbagai lembaga.

https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/deed.id

%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 594.96 842.04] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ�ZÝoÛ8/ÐÿA�ò¢¦ù%‘\œ4½K-z×ôö¡Ø%v­c×çÈWì3CJ¢dÉNw‹Ø¦8ÎÇ�óAíl±¯Êûâ®JÞ¾�-ªª¸{\-“o³›ï»?f7íV³ÏÅC¹-ªòûv>O.Þ]&7¯_ÍÞ‹DÆursÿú•H8üI&8‰U‚™Ülê‰ýCýëßÿxýê[šLþHn>¼~uŒ�Yo¹°LZZΓü8¹HÅ´L,×ÌjZÕ¥M®>^&Éì3ê÷ñòú]Â;jÈDÈŽÒI¦]b„a™ ü.&S™..’ëë!”tL›î¢“BˆHˆfgí˜1Iná«Öäw¾þôa1Qé×ÅD§Ÿ’ÉÔ¤Ÿ'B¤_¿À¬N¿-Ƥ2’ ×exR*9 U°ožæˆG2åŒKàw÷-]°ÞÖ³÷ªoP!3Æ󘧵}‡øB(ÍŒ�–6yöXü6ØL�·Çõ»ÉÔ¦‹O`¥Ek¥«ÉTÈôÓ5dúÅ°½¤÷©Îv'Í¥:HÒGÒÉœNrÉY.?Á’äódªÒH¹}@V“i–îÇÐ ²ÛåQ•È @ÉM¹]`‹µçZ.‹m1ÉÓdé§Û­ÊÝ¡ØŽáD8fMw““Šë ¸Àó)´eV&™É7‰Ê9~ ÍDžìW¯_Ýÿ2À ZÍÇ2—µÇÿ[z=*}F­uúT<ž”,blÁŸ&f\ÛpKfZX„Kwå¾…7,~øÇ·ˆ/4á¾@è=£µŸ`JŠ”VïK¤³iù\¡€åSítª\ú×DrÏ=x¦Ër½B(Ò>1·§bã)ëÃÆOìЫH] Rbõ½ýýÍÀ|‚¤a îù…æ,Ó58HhÝ#‘|ïjÅ!‹sN4ãÑ"ËS'3€e…:œt£íœ¬ìèd…Ú]¾@ödùûۢأ§îW°Ó‰=ÜéÓ[[$ÞƒyßüŽjxov‡->4Ãþâr[â�¤ßÕj?ɼ£wøQ yž¸ÿï²ñ.&† øT ^óôMͬ"{îJÏÅCÚ#ÚÆ À1·�y®ëce s¢&ÉÕ

Pasal 264 KUHP – Pemalsuan Dokumen untuk Penipuan

Pasal 264 KUHP mengatur tentang pemalsuan dokumen yang digunakan dalam rangka penipuan atau untuk memperoleh keuntungan secara ilegal. Isi Pasal 264 KUHP:

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dengan sengaja memalsukan dokumen atau surat, yang dapat dipergunakan sebagai alat bukti atau alat transaksi yang sah, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.”

Penjelasan: Pasal ini berfokus pada pemalsuan dokumen yang digunakan untuk tujuan penipuan. Pemalsuan dokumen dapat mencakup surat perjanjian, akta otentik, atau dokumen resmi lainnya yang digunakan untuk memperoleh keuntungan secara melawan hukum.

Pasal 490 KUHP – Penipuan dalam Perkawinan

Pasal ini mengatur penipuan yang berkaitan dengan perkawinan, terutama terkait penipuan yang dilakukan dengan tujuan mengelabui pihak lain dalam proses perkawinan. Isi Pasal 490 KUHP:

“Barang siapa dengan maksud menipu, membuat perjanjian nikah atau perkawinan yang tidak sah, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun.”

Penjelasan: Pasal ini mengatur tentang penipuan yang terjadi dalam konteks pernikahan atau perjanjian perkawinan, yang melibatkan kebohongan atau pemalsuan informasi mengenai status atau persyaratan perkawinan.

Pasal-Pasal yang Mengatur tentang Penipuan dalam Hukum Pidana Indonesia

Penipuan merupakan salah satu tindak pidana yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di mana pelaku mencoba untuk memperoleh keuntungan dengan cara menipu atau membujuk seseorang untuk menyerahkan sesuatu yang berharga. Dalam sistem hukum Indonesia, penipuan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang memberikan sanksi terhadap siapa saja yang terbukti melakukan penipuan. Berikut ini adalah beberapa pasal yang mengatur tentang penipuan dalam hukum pidana Indonesia.

Pasal 64 KUHP – Pemberatan Hukuman dalam Penipuan Berulang

Pasal ini memberikan ketentuan tentang pemberatan hukuman bagi pelaku penipuan yang melakukannya berulang kali atau dalam skala yang lebih besar. Isi Pasal 64 KUHP:

“Apabila perbuatan penipuan dilakukan oleh pelaku yang telah berulang kali melakukannya atau dengan cara yang lebih terorganisir, maka pidana yang dijatuhkan dapat lebih berat dari ketentuan yang ada.”

Penjelasan: Pasal ini memberikan kemungkinan pemberatan hukuman bagi pelaku penipuan yang terbukti melakukan tindak pidana penipuan secara berulang atau dalam bentuk yang lebih terstruktur, seperti penipuan dengan modus tertentu yang lebih rumit.

%PDF-1.4 %���� 1 0 obj <> endobj 3 0 obj <> endobj 6 0 obj <>stream x��wTS��Ͻ7��" %�z �;HQ�I�P��&vDF)VdT�G�"cE��b� �P��QDE�݌k �5�ޚ��Y�����g�}׺ P���tX�4�X���\���X��ffG�D���=���HƳ��.�d��,�P&s���"7C$ E�6<~&��S��2����)2�12� ��"�įl���+�ɘ�&�Y��4���Pޚ%ᣌ�\�%�g�|e�TI� ��(����L 0�_��&�l�2E�� ��9�r��9h� x�g��Ib�טi���f��S�b1+��M�xL����0��o�E%Ym�h�����Y��h����~S�=�z�U�&�ϞA��Y�l�/� �$Z����U �m@��O� � �ޜ��l^���'���ls�k.+�7���oʿ�9�����V;�?�#I3eE妧�KD����d�����9i���,�����UQ� ��h��<�X�.d ���6'~�khu_ }�9P�I�o= C#$n?z}�[1 Ⱦ�h���s�2z���\�n�LA"S���dr%�,�߄l��t� 4�.0,` �3p� ��H�.Hi@�A>� A1�v�jp ԁz�N�6p\W� p�G@ ��K0ށi���A����B�ZyCAP8�C���@��&�*���CP=�#t�]���� 4�}���a � ��ٰ;G���Dx����J�>���� ,�_“@��FX�DB�X$!k�"��E�����H�q���a���Y��bVa�bJ0՘c�VL�6f3����bձ�X'�?v 6��-�V`�`[����a�;���p~�\2n5��׌���� �&�x�*���s�b|!� ߏƿ'� Zk�!� $l$T����4Q��Ot"�y�\b)���A�I&N�I�$R$)���TIj"]&=&�!��:dGrY@^O�$� _%�?P�(&OJEB�N9J�@y@yC�R �n�X����ZO�D}J}/G�3���ɭ���k��{%O�חw�_.�'_!J����Q�@�S���V�F��=�IE���b�b�b�b��5�Q%�����O�@��%�!BӥyҸ�M�:�e�0G7��ӓ����� e%e[�(����R�0`�3R��������4�����6�i^��)��*n*|�"�f����LUo�՝�m�O�0j&jaj�j��.��ϧ�w�ϝ_4����갺�z��j���=���U�4�5�n�ɚ��4ǴhZ�Z�Z�^0����Tf%��9�����-�>�ݫ=�c��Xg�N��]�.[7A�\�SwBOK/X/_�Q�>Q�����G�[��� �`�A�������a�a��c#����*�Z�;�8c�q��>�[&���I�I��MS���T`�ϴ�k�h&4�5�Ǣ��YY�F֠9�<�|�y��+=�X���_,�,S-�,Y)YXm�����Ěk]c}džj�c�Φ�浭�-�v��};�]���N����"�&�1=�x����tv(��}�������'{'��I�ߝY�)� Σ��-r�q�r�.d.�_xp��Uە�Z���M׍�v�m���=����+K�G�ǔ����^���W�W����b�j�>:>�>�>�v��}/�a��v���������O8� � �FV>2 u�����/�_$\�B�Cv�< 5]�s.,4�&�y�Ux~xw-bEDCĻH����G��KwF�G�E�GME{E�EK�X,Y��F�Z� �={$vr����K���� ��.3\����r���Ϯ�_�Yq*���©�L��_�w�ד������+��]�e�������D��]�cI�II�OA��u�_�䩔���)3�ѩ�i�����B%a��+]3='�/�4�0C��i��U�@ёL(sYf����L�H�$�%�Y�j��gGe��Q�����n�����~5f5wug�v����5�k��֮\۹Nw]������m mH���Fˍe�n���Q�Q��`h����B�BQ�-�[l�ll��f��jۗ"^��b���O%ܒ��Y}W�����������w�vw����X�bY^�Ю�]�����W�Va[q`i�d��2���J�jGէ������{�����׿�m���>���Pk�Am�a�����꺿g_D�H��G�G��u�;��7�7�6�Ʊ�q�o���C{��P3���8!9�����<�y�}��'�����Z�Z���։��6i{L{��ӝ�-?��|������gKϑ���9�w~�Bƅ��:Wt>���ҝ����ˁ��^�r�۽��U��g�9];}�}��������_�~i��m��p���㭎�}��]�/���}������.�{�^�=�}����^?�z8�h�c��' O*��?�����f�����`ϳ�g���C/����O�ϩ�+F�F�G�Gό���z����ˌ��ㅿ)����ѫ�~w��gb���k��?Jި�9���m�d���wi獵�ޫ�?�����c�Ǒ��O�O���?w| ��x&mf������ endstream endobj 7 0 obj 2612 endobj 12 0 obj <>stream x�z X[י�9W��]�KWҽZ� !$�#��E� 68� 6/x�2�#��8�Nq��i2Vb�Ӥmd�m�%��d�N�~q�Ӵ�I�L�v�k��u_��x��8���������~Ͽ�+��=0�*P�Pr�Ή9$$�(�l9��/��Q [��,֥���ݶ㎭�z%����d���ed�u��9�s��ź���e��-�~śP�wN�^��N�&vNA �N�u��޷_�"����ީ�x<��8[�C�H�7�qQ E�. )�# 1ȁbp���v�a�]���{e��-�r���g>�A����-~��Ų���>*�9��J�=д����/��%�T� eR�4��Id��.'�RSk�P���U���F*I��d���2a�����3��/aq2�;�� ���x� � s��Jኘ��_�_IB%w�ԕ3����W�s��'6p���6��}�b.��/�]

Pasal 386 KUHP – Penipuan dalam Transaksi Perdagangan

Pasal 386 KUHP mengatur tentang penipuan yang terjadi dalam konteks transaksi perdagangan, seperti penjualan barang yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan atau penipuan terkait kualitas barang. Isi Pasal 386 KUHP:

“Barang siapa dalam transaksi perdagangan, dengan sengaja mengelabui pihak lain untuk membeli atau menerima barang yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”

Penjelasan: Pasal ini memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan penipuan dalam perdagangan, seperti menjual barang palsu, barang dengan kualitas yang lebih rendah dari yang dijanjikan, atau menggunakan informasi yang menyesatkan.

Pasal 372 KUHP – Penggelapan dalam Jabatan

Meskipun tidak sepenuhnya masuk dalam kategori penipuan, pasal ini mengatur tentang penggelapan yang berkaitan dengan jabatan atau kepercayaan, yang seringkali juga disertai dengan tindakan penipuan. Isi Pasal 372 KUHP:

“Barang siapa yang dengan sengaja menggelapkan barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, yang dipercayakan kepadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”

Penjelasan: Pasal ini berkaitan dengan penggelapan yang sering terjadi dalam konteks pekerjaan atau jabatan. Meskipun bukan penipuan dalam arti yang luas, penggelapan ini bisa melibatkan manipulasi atau kebohongan terkait harta yang dikelola.

Pasal 378 KUHP – Penipuan Umum

Pasal 378 KUHP adalah pasal utama yang mengatur tentang tindak pidana penipuan dalam hukum pidana Indonesia. Pasal ini mengatur mengenai tindakan yang dilakukan dengan cara menipu seseorang untuk mendapatkan keuntungan secara tidak sah. Isi Pasal 378 KUHP:

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, atau dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu, atau memberikan hutang, yang dapat mendatangkan kerugian, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”

Penjelasan: Pasal ini mengatur tentang penipuan dengan menggunakan modus operandi seperti menyamar menggunakan identitas palsu, memberikan informasi yang salah, atau melakukan tindakan yang membujuk korban untuk menyerahkan harta benda atau memberikan pinjaman. Hukuman bagi pelaku penipuan ini adalah penjara maksimal 4 tahun.

Pasal 379 KUHP – Penipuan dengan Surat Palsu

Pasal 379 KUHP mengatur penipuan yang dilakukan dengan menggunakan surat atau dokumen palsu, baik itu untuk mendapatkan uang atau barang dari orang lain. Isi Pasal 379 KUHP:

“Barang siapa dengan memakai surat palsu atau surat yang dipalsukan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan tipu muslihat, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu, atau memberikan hutang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”

Penjelasan: Pasal ini khusus mengatur penipuan yang dilakukan dengan menggunakan dokumen atau surat palsu, yang dapat mencakup segala jenis surat yang digunakan dalam transaksi atau kegiatan bisnis. Jika surat palsu digunakan untuk menipu, pelaku bisa dijatuhi pidana penjara hingga 5 tahun.